Internet Jardiknas

Depdiknas mendapat peringatan penting dalam melaksanakan Program Jejaring Pendidikan Nasional (Jardiknas) via internet. Teknologi tersebut sangat rawan disalahgunakan untuk mengakses berbagai situs pornografi.
”Pornografi online konsisten menduduki peringkat pertama dalam bisnis internet,” ujar peneliti Romi Satria Wahana dalam diskusi Siapkan Sekolah Menerima Internet? Di Hotel Atlet Century Park Jakarta kemarin (27/12). Kata dia, berbagai situs porno mudah di jumpai di internet. ”Seks adalah topik nomor satu yang dicari,” imbuhnya.
Romi menjelaskan, 60 % kunjungan ke internet adalah menuju situs porno. Selain itu 70% pengunjung interner adalah mereka yang berusia belasan tahun. ”Itu adalah usia pelajar,” katanya.
Lanjut dia, perkembangan situs porno juga menunjukkan peningkatan yang luar biasa. Dari 22.100 situs pada tahun 1997 berkembang menjadi 280.300 situs pada tahun 2005, jumlah situs porno mencapai 1,3 juta. ”Jumlahnya sekarang diprediksi dua kali lipatnya,” jelasnya.
Romi mengatakan, pemanfaatan internet memang bisa mempermudah pembelajaran. Hal itu juga bisa membuka wawasan siswa ke pengetahuan yang lebih luas. ”Tapi, guru harus siap dengan pendidikan dan penugasan sehingga siswa tidak terjebak pada hal-hal yang negatif,” ujarnya lantas menegaskan penegakan hukum bagi penyalah guna internet.
Di tempat yang sama, Khalid Mustafa, staf Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri (BPKLN) Depdiknas mengatakan tentang mengantisipasi penyalahgunaan tersebut dengan menggunakan software pencegahan. Dengan peranti tersebut, beberapa key words yang diindikasi menuju situs porno tidak bisa diakses.
Khalid mengatakan, sambil mencegah penyalahgunaan pihaknya tidak ingin siswa hanya belajar keterampilan komputer. ”Tidak hanya mengajarkan siswa untuk menggunakan satu program tertentu, tapi juga ada lanjutannya. Misalnya, mengolah data,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Forum Teknologi Informasi untuk Pendidikan (Fortip) M. Thoriq mengatakan, Depdiknas harus membuat Sistem Jardiknas yang terpadu dan terintegrasi. ”Juga harus sinkron dengan adanya TV Edukasi,” katanya.

Sumber : Radar Cirebon. Jumat, 28 Des 2007. Hal 7

Posting Komentar

0 Komentar