Batik, kain tradisional Indonesia yang sudah populer seantero negeri. Batik Indonesia diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO.
Batik saat ini tidak hanya dipakai
saat acara-acara resmi dengan model jadul, tetapi juga sebagai busana kerja.
Batik telah banyak mendapat sentuhan lebih modern, elegan, dan terlihat mewah,
seperti model long dress, dan sebagainya.
Semua kalangan sudah mengenakan
batik. Termasuk para artis dan tokoh dunia. Batik menjadi peluang bisnis menguntungkan,
bahkan untuk skala rumahan atau UMKM sekalipun.
Jualan baju batik di rumah mampu meraup omzet jutaan rupiah, seiring meningkatnya permintaan. Berikut tips memulai bisnis batik, seperti berikut :
Menentukan asal batik
Batik
tidak hanya berasal dari Yogyakarta atau Pekalongan, tetapi juga Solo, Cirebon,
dan lainnya. Masing-masing daerah memiliki motif atau corak batik yang berbeda
sebagai ciri khasnya. Jadi penting untuk menentukan batik jenis apa yang hendak
dijual.
Jika
dari Solo, maka jual corak batik Solo saja. Begitupula dengan asal batik
lainnya. Jika memang ingin menjual batik dari berbagai daerah, tidak masalah
selagi kamu dapat menjelaskan asal usul batik kepada konsumen.
Tentukan target konsumen
Selanjutnya
adalah menentukan target konsumen. Kamu ingin menjual batik untuk siapa, apakah
kepada anak-anak, remaja, dewasa, orangtua, mahasiswa, karyawan, PNS, atau
pejabat?
Beda
konsumen yang dibidik, berbeda pula selera batiknya. Perbedaan ini akan
memengaruhi harga batik. Misalnya untuk kalangan menengah ke atas memilih batik
tulis yang harganya mulai dari ratusan ribu rupiah.
Sementara
untuk kalangan menengah ke bawah, lebih cenderung menginginkan batik harga
murah. Biasanya batik printing yang dibanderol mulai dari belasan ribu rupiah
saja.
Sebaiknya tentukan target konsumen terlebih dahulu, agar konsumen tidak merasa batik yang kamu jual kemahalan. Dan bisnis batik kamu selalu ramai pembeli.
Cari pemasok batik
Berhubung
karena tidak produksi batik sendiri, kamu perlu mencari pemasok batik yang
terpercaya. Pemasok yang sudah lama berbisnis batik, punya toko, bahkan
konveksi atau pabrik batik.
Pemasok
ini bisa merupakan relasi kamu, rekanan teman atau keluarga yang memang sudah
dikenal amanah dan selalu menjaga kualitas barang. Oleh karena itu, dalam
proses pencarian supplier ini, kamu bisa bertanya kepada teman atau keluarga.
Jika tidak punya kenalan atau relasi supplier, kamu dapat mencari informasi di
internet, seperti media sosial, e-commerce, atau Google.
Bandingkan
satu pemasok dengan yang lain. Cek ulasan atau komentar, serta bintang yang
diperoleh. Apabila banyak komentar positif, maka kamu bisa langsung DM untuk
pembelian batik.
Namun sebaliknya bila dipenuhi ulasan negatif dengan rating produk rendah, sebaiknya kamu pertimbangkan lagi untuk membeli dari pemasok tersebut meski harga batik yang ditawarkan murah.
Corak yang bervariasi
Batik
menawarkan corak beragam. Ada corak mega mendung, parang, tujuh rupa, dan masih
banyak lagi. Sebaiknya jual batik dengan corak yang bervariasi agar konsumen
dapat memilih sesuai selera.
Menjual
batik dengan satu corak atau yang itu-itu saja membuat konsumen bosan. Tidak
ada daya tarik untuk pembeli.
Pastikan pula corak dan model selalu kekinian. Komunikasikan hal ini dengan pemasok batik agar setiap kali ada motif baru, mereka dapat langsung memberitahumu.
Nama bisnis atau toko yang mudah diingat
Buat
nama toko batik sebagai identitas usaha yang akan memudahkan konsumen mengingat
tempat membelinya. Kalau misalnya ada orang lain yang tanya, konsumen bisa
menjawab. Hal ini secara tidak langsung akan meningkatkan omzet penjualan.
Pilih
nama yang sesuai dan mudah diingat. Bisa itu memakai nama pribadi, atau
keluarga. Diskusikan hal ini kepada keluarga atau kerabat karena pemilihan nama
konon katanya dapat memengaruhi tingkat kesuksesan berbisnis.
Jualan online dan offline
Zaman
now, pemasaran telah beralih dari offline ke online. Jualan online di media
sosial, seperti Facebook, Instagram, TikTok, Twitter, sampai Youtube.
Jualan
online di situs belanja online atau e-commerce juga dapat meningkatkan omzet
penjualan dengan cepat karena pangsa pasarnya lebih luas. Namun bukan berarti
bisnis offline jadi mati.
Kalau mau jualan online dan offline. Tak perlu sewa toko. Berdagang batik saja di rumah, tawarkan kepada tetangga sekitar. Dari situ, akan terjadi promosi dari mulut ke mulut dan akhirnya ramai pembeli.
Tawarkan paket usaha untuk reseller
Tawarkan
paket usaha bagi yang ingin menjadi reseller dari batik kamu. Misalnya 10
potong batik untuk harga Rp 30 ribu.
Atau
100 baju batik seharga Rp 3 juta. Nanti, reseller tersebut akan menjual ke
konsumen dengan harga mereka. Mungkin dari Rp 30 ribu menjadi Rp 50 ribu, sehingga
yang Rp 20 ribu menjadi keuntungan reseller.
Jadi, biarpun kamu statusnya juga reseller batik, tetapi membuka kesempatan bagi orang lain yang memiliki jiwa wirausaha untuk mendapatkan keuntungan seperti kamu.
Membuat pembukuan
Walaupun
kategori usaha rumahan, pembukuan sangat penting. Pembukuan diperlukan untuk
melihat arus kas uang yang masuk dan keluar setiap hari. Berapa batik yang
sudah terjual, berapa banyak batik yang datang lagi dari pemasok.
Buat pembukuan yang rapi, sederhana, dan mudah dimengerti karena kamu pasti sering membukanya.
Rutin melakukan evaluasi
Dengan
pembukuan, kamu dapat melakukan evaluasi. Evaluasi bisnis juga sama vitalnya
agar bisa mencari solusi, perbaikan, dan strategi lain yang diperlukan untuk
mengembangkan bisnis batik.
Jika omzet penjualan tiba-tiba menurun, misalnya, kamu akan mencari tahu letak kesalahannya. Kemudian mencari strategi jitu untuk meningkatkan kembali penjualan dan omzet.
Siapkan Modal yang Cukup
Sebelum
memulai suatu usaha, sebaiknya siapkan modal yang cukup. Akan lebih baik lagi
kalau menyediakan modal cadangan juga sebagai jaga-jaga.
Jika
sewaktu-waktu bisnis berkembang sangat pesat, kamu dapat menyuntikkan modal
tambahan untuk menyokong perkembangan ini. Pun ketika bisnis tidak berjalan
sesuai harapan, dapat dijadikan penyambung “hidup” agar bisnis tetap bertahan.
Referensi :
https://umkm.kompas.com/ diakses pada tanggal 13 Nopember 2023
0 Komentar